GEDUNG tua yang berdiri kokoh di kelurahan Tawang itu ternyata menyimpan kisah di balik nama jalan dr. Soekardjo. Tempat itu menjadi saksi bisu kehadiran tokoh kunci perkembangan dunia kesehatan Tasikmalaya.
Sebelum menjadi Markas Tempat Pemberian Pembekalan (Tepbek) III-44-02-01B Tasikmalaya, gedung itu ditempati dr. Mas Soekardjo, sebagai rumah dinas sekaligus tempat praktik.
Lebih dari setengah abad, bangunan tinggi itu bergeming. Masih terawat dan bertahan. Suasana silam masih terekam kuat. Ada lapang kecil, tempat olah raga. Tampak pula bangunan serupa, namun ruang-ruangnya lebih berimpitan. Rapat.
Menurut penuturan saksi sejarah, Rd. Djadja Winatakusumah, di tempat itu pernah dibangun rumah sakit, ketika kawasan itu masih disebut Jalan Pasar Kolot. Namun berbarengan dengan penamaan jalan utama di jantung kota menjadi Jalan KH. Zainal Mustofa, Jalan Pasar Kolot pun berganti nama menjadi Jalan dr. Soekardjo.
Latar sejarah itu menarik perhatian Balai Arkeolog Bandung untuk mencatat gedung itu dalam direktori cagar budaya. Beberapa tempo lalu para peneliti diterjunkan untuk meneroka bangunan bersejarah itu. Kontruksi dan teksturnya tidak berubah.
Catatan lain membuka tabir sosok Mas Soekardjo. Meskipun dibesarkan di lingkungan Keraton Surakarta, Mas Soekardo mengabdi untuk Sukapura. Putra Raden Ngabehi Prawisentana itu menjabat direktur pertama Prvinciale Ziekenhius -- sekarang RSUD Tasikmalaya) -- selama 13 tahun (1925-1938).
Bukan itu saja, keturunan Mataram itu pun pernah mendirikan rumah sakit partikelir atau swasta di bilangan Javaveem (sekarang Jalan RE Martadinata). Selain itu mendirikan rumah sakit swasta yang terkenal pada zamannya di Gudang Uyah.
Bahkan, pernah membuka poliklinik darurat di Tawangbanteng dan Sinagar Tasikmalaya demi menolong semua bombardemen Belanda saat warga mengungsi ke Gunung Galungung. Karena jasanya itu, Mas Soekardjo mendapat penghargaan Bintang Gerilya dari Pemerintah Republik Indonesia.
Sebelumnya pernah pula mendapat piagam dan Bintang Broder In De Orde Van De Nederlandsche Leeuw dari Hindia Belanda.
Penghargaan yang sangat bermakna ketika namanya diabadikan menjadi nama jalan yang membentang dari simpang Masjid Agung sampai pertigaan Cimulu -- Jalan dr. Soekardjo -- yang kini populer disebut Jalan Dokar.
Nama dr. Mas Soekardjo semakin kukuh, setelah Pemerintah Kota Tasikmalaya pun mengabadikan dirinya menjadi nama RSUD Kota Tasikmalaya, pada tanggal 26 Januari 2016. Sejak saat itu RSUD Dokter Soekardjo resmi dipancangkan.
Sangat beralasan. Lantaran sosok Mas Soekardjo yang lahir pada tahun 1864 itu dikenal sebagai perintis berdirinya rumah sakit di Tasikmalaya.